Perkembangan Kebudayaan Gamelan Jawa di tengah arus Globalisasi. Sahabat UPHil n RAGHiel tentu sudah tahu? Gamelan jawa merupakan seperangkat alat music yang di gunakan dalam sebuah pertunjukan seni Kerawitan dan tidak hanya itu. Gamelan Jawa juga sering di gunakan dalam pentas seni Wayang Kulit dan seni Ketoprak. Yang menjadi pertanyaan Apakah Gamelan Jawa mampu bertahan di tengah arus Globalisasi dan di jaman Melenium ini..? Jika Sahabat UPHil n RAGHiel peduli akan budaya asli Indonesia silahkan baca Makalah saya berikut ini.
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN GAMELAN JAWA DI TENGAH ARUS GLOBALISASI
Oleh
Inggriani Andewi Prayogi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beraneka ragam kebudayaan Indonesia tersebar dipulau-pulau yang terbujur dari Sabang sampai Merauke. Kebudayaan sebagai hasil dari peradaban manusia. Dengan berbagai bentuk hasil kebudayaan seperti adat istiadat, tarian, musik ataupun acara ritual, yang secara turun temurun dilestarikan oleh penduduk. Di Pulau Jawa terdapat beraneka suku bangsa yang memiki kebudayaan sendiri-sendiri. Masyarakat suku Jawa merupakan masyarakat dengan jumlah populasi terbesar di Indonesia. Jumlahnya mencapai hampir setengah dari keseluruhan populasi masyarakat yang tinggal di Indonesia. Jawa Tengah salah satu propinsi yang ada dipulau Jawa memiliki ciri khas kebudayaan yang tidak dimiliki oleh daerah lain, dari arsitektur bangunan, pakaian adat, adat istiadat, acara ritual sampai kesenian. Ciri khas ini tidak dimiliki oleh daerah lain, sehingga memberikan perbedaan. Faktor historis yang mempengaruhi perbedaan ini.
Seiring perkembangan zaman, muncul suatu proses dalam sejarah peradaban manusia, kebudayaan yang bersifat dinamis juga mengalami perubahan. Proses ini adalah globalisasi . Proses ini menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya.
Dengan adanya globalisasi secara langsung maupun tidak langsung kebudayaan terpengaruh. Apalagi manusia sebagai pemegang peranan turut ikut serta dalam menentukan mengubah kebudayaan. Manusia menentukan budaya mana yang harus diubah dan budaya mana yang masih harus terus dilestarikan sebagai aset budaya dan identitas suatu bangsa. Begitu juga dengan kebudayaan Jawa yang pada dewasa ini mengalami perubahan yang signifikan terpengaruh arus globalisasi. Gamelan Jawa khususnya yang juga mengalami perubahan. Dimana anak muda sekarang ini lebih senang memainkan alat musik modern, menyanyikan lagu-lagu manca negara, bahkan tidak mau mempelajari kesenian gamelan Jawa sebagai aset kebudayaan bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah seagai berikut:
1. Apakah pengertian peradaban, kebudayaan dan globalisasi itu?
2. Bagaimana sejarah Gamelan Jawa?
3. Bagaimana perkembangan kebudayaan gamelan Jawa di tengah arus globalisasi?
4. Apa sajakah solusi untuk mengatasi masalah-masalah kebudayaan akibat globalisasi?
C. Tujuan
Dalam penulisan tugas ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh penulis, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian peradaban, kebudayaan, dan globalisasi.
2. Untuk sejarah Gamelan Jawa.
3. Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan gamelan Jawa di tengah arus globalisasi.
4. Menemukan dan menerapkan solusi guna mengatasi masalah yang timbul akibat globalisasi terhadap perkembangan kebudayaan Jawa.
D. Manfaat
1. Bagi siswa
a. Agar siswa mengenal tentang kebudayaan Jawa yang salah satu diantaranya adalah Gamelan.
b. Agar siswa berminat untuk mempelajari dan memperdalam kesenian Jawa khususnya Gamelan.
2. Bagi Bangsa dan Negara
Agar kebudayaan yang ada di Indonesia tidak punah atau hilang.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Peradaban
Menurut koentjaraningrat (1990: 182), peradaban ditujukan untuk menyeut bagian dan unsure kebudayaan yang halus, maju, dan indanh seprtnin knesenian, ilmu pengetahuan adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, oerganisasai kenegaraan, kebudayaan yang memepunyai system teknologi dan masyarakat kota maju dan kompleks.
Ibnu khaldun (1332-1406 M) melihat peradaban sebagai organisasi social manusia, kelanjutan dari proses tamaddun, melalui ashabiyah, merupakan keseluruhan kompleksitas, produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi Negara, ras, suku, atau agama, yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monoltik dengan sendirinya.
Istilah peradaban dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian terhadap perkembangan kebudayaan. Peradaban adalah kebudayaan yang bernilai tinggi. Perkembangan krebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsure-unsur budaya yang besifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
b. Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture dan dalam bahasa Belanda disebut cultuur. Kedua kata ini berasal dari bahasa Latin colere, yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian, culture atau cultur diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Beberapa ahli antropologi memberikan definisi kebudayaan yang dapat digunakan untuk kepentingan praktis dan bersifat operasional. Kebudayaan adalah sistem nilai, norma, pengetahuan, keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki orang individi melalui proses belajar dan digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Dari berbagai definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia. Perwujudan kebudayaan meliputi benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, baik berupa pla perilaku, bahasa maupun benda-benda atau hasil ciptaan manusia lainnya, seperti peralatan hidup, organisasi sosial, religi, dan seni. Kesemuanya ditujukan untuk membantu manusi dalam mempertahankan hidupnya.
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas kebudayaan yang bersifat abstrak dan kebudayaan yang bersifat konkrit.
Kebudayaan yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam pikiran manusia sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Misalnya, terwujud sebagai ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan, dan cita-cita. Jadi, budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dri kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang merupakan cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan. Sekarang wujud ideal ini banyak tersimpan dalam karangan-karangan dan buku-buku.
Kebudayaan yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam pikiran manusia sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Misalnya, terwujud sebagai ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan, dan cita-cita. Jadi, budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dri kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang merupakan cita-cita atau harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan. Sekarang wujud ideal ini banyak tersimpan dalam karangan-karangan dan buku-buku.
Kebudayaan yang bersifat konkrit, wujudnya berpola dari tindakan atau perbuatan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan, atau difoto. Koentjaraningrat menyebut sifat konkrit kebudayaan dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas perilaku, bahasa, dan materi.
c. Globalisasi
Menurut asal katanya, globalisasi globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal . Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global.
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya.
Beberapa ciri globalisasi dapat dikemukan sebagai berikut :
1. Dibidang ilmu dan teknologi ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang begitu cepat, diantaranya pengetahuan dibidang komunikasi dan informasi.
2. Di bidang ekonomi ditandai dengan perdagangan antar Negara yang begitu meningkat, produksi barang dan jassa sangat berkembang yang mengakibatkan persaingan yang sangat ketat dalam pemasaran.
3. Di bidang sosial budaya ditandai dengan tersebarnya berbagai gagasan, nilai/norma dan berbagai benda-benda konsumsi dengan cepat.
2. Sejarah Gamelan Jawa
Jawa Tengah adalah propinsi dimana budaya Jawa banyak berkembang disini karena di Jawa Tengah dahulu banyak Kerajaan berdiri, dapat ditemukan banyak candi sebagai peninggalan kerajaan-kerajaan entah Kerajaan Hindu maupun Budha. Kebudayaan Jawa yang berkembang di wilayah Surakarta, sebagai salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Tengah, berkembang kebanyakan terpengaruh oleh budaya lain. Seperti halnya kebudayaan Jawa yang tersebar dipulau Jawa bukanlah kebudayaan asli karena tercampur oleh kebudayaan India, Cina, Timur Tengah, Portugis, Inggris dan Belanda.
Kebudayaan Jawa yang hidup di Surakarta merupakan peradaban orang Jawa yang berakar di keraton. Peradaban keraton meliputi kesusastraan (bahasa), seni tari, seni suara, dan upacara-upacara (termasuk upacara keagamaan sinkretistik), yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Kebudayaan yang berkembang juga bermacam-macam salah satu diantaranya adalah Gamelan Jawa. Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut). ”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Berikut adalah contoh gamelan Jawa yang harus kita lestarikan:
Gamelan dipelajari tanpa menggunakan notasi. Depelajari menggunakan pendengaran dan dimulakan dari lagu yang mudah kepada kompleks. Bagaimanapun, pada abad ke-19 sistem nombor mula digunakan untuk memudahkan pemain. Sistem ini dikenali sebagai sistem kepatihan.
Alat-alat musik caklempong terdiri dari:
· Bonang
-diperbuat daripada tembaga dan berbentuk seperti gong. Mempunyai cembol untuk diketuk dibahagian ini.
-diperbuat daripada tembaga dan berbentuk seperti gong. Mempunyai cembol untuk diketuk dibahagian ini.
· Gereteh- terdiri daripada 15 bonang dan disusun dalam nada C major 1 oktaf dan not pilihan. Selalunya ada 2 set gereteh agar dapat memainkan kaunter melodi.
· Saua/Sauwa- terdiri dari 8 biji bonang, dar not E, F, G, A, Bb, B, C, D. Diketuk mengikut irama ostinato.
· Tingkah, bentuk sama seperti sauwa tetapi mengawal rentak mengikut gendang dan hanya mengetuk secara melalu. Selalunya notasi tidak disediakan untuk sauwa dan tingkah tetapi hanya blok kord disediakan.
· Gendang
Terdiri dari gendang ibu dan gendang anak dan memainkan irama secara bertingkah.
Terdiri dari gendang ibu dan gendang anak dan memainkan irama secara bertingkah.
· Bangsi
dibuat menggunakan buluh dan mempunyai 7 not seperti gereteh.
dibuat menggunakan buluh dan mempunyai 7 not seperti gereteh.
· serunai
atau dikenali sebagai pupuik. diperbat dari daun kelapa atau tanduk kerbau. Kebiasaannya memainkan melodi seperti geretah.
atau dikenali sebagai pupuik. diperbat dari daun kelapa atau tanduk kerbau. Kebiasaannya memainkan melodi seperti geretah.
3. Perkembangan Kebudayaan Gamelan Jawa Dalam Arus Globalisasi
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Perkembangan gamelan Jawa di tengah arus global sangat menghawatirkan. Terlihat pada para pemain gamelan Jawa yang kebanyakan bapak-bapak dan kakek-kakek. Padahal banyak anak muda yang dapat meneruskan kebudayaan gamelan tersebut. Namun sekarang ini justru anak muda tidak mau mempelajarinya. Mereka lebih senang bermain alat musik modern dan bergaya seperti orang Barat. Sungguh disayangkan apabila kebudayaan gamelan kita akan punah dan diambil alih oleh Negara asing.
Fenomena yang dapat kita lihat di tempat wisata Jogjakarta banyak turis atau wisatawan dari daerah lain yang ingin mempelajari gamelan Jawa. Sedangkan anak-anak muda yang tinggal di Jawa sama sekali tidak menyukai gamelan. Tidak menutup kemungkinan asset budaya Indonesia akan punah.
Pada kebudayaan di Jawa lainnya, dapat dilihat telah mengalami perubahan. Misalnya saja acara pewayangan yang semula menjadi tontonanmasyarakat Jawa, saat ini digantikan oleh sinetron bahkan film asing, sehingga ketertarikan masyarakat terhadap hiburan daerah berkurang. Anak muda sekarang juga cenderung lebih menggemari musik dari luar. Masyarakat Jawa biasanya menggunakan unggah-ungguh (bahasa krama). Penggunaan bahasa Jawa dikalangan anak muda juga memudar akibat pengaruh dari luar, kebanyakan lebih suka menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan.
Tentang gaya berpakaian pada masyarakat di Jawa juga mengalami perubahan, kita dapat melihat bagaimana cara berpakaian masyarakat sekarang apalagi anak muda, mereka sekarang menggunakan pakaian yang menjadi budaya orang Barat, dari bahan jeans dan sebagainya, dengan model yang tidak layak bila dibandingkan dengan adat ketimuran yang menjunjung nilai kesopanan.
4. Solusi untuk mengatasi masalah-masalah kebudayaan akibat globalisasi
Jadi peranan Pemerintah dan kesadaran masyarakat di Jawa diperlukan dalam pelestarian budaya Jawa. Pemerintah tidak seharusnya mengorbankan nilai-nilai luhur ketimuran hanya karena mengejar ekonomi. Kebijakan pasar bebas memaksa masyarakat menyamakan budaya dengan tuntutan globalisasi, hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan secara murni. Kita seharusnya berusaha menunjukan pada masyarakat dunia bagaimana indahnya kebudayaan yang ada di Jawa, tentu ini juga mendorong perekonomian kita.
Kebudayaan Jawa yang memiliki kekuatan kekhasan dari berbagai macam daerah dipropinsi ini juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya lain. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan. Berbagai jenis kebudayaan yang berkembang jangan sampai hanya menjadi slogan untuk menarik wisatawan. Kurangnya penggalakan dalam melestarikan kebudayaan disinyalir menjadi salah satu penyebab lunturnya kebudayaan.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda harus mempertahankan dan menjada kebudayaan asli Indonesia. Bukan dengan marah-marah saat kebudayaan kita diklaim oleh negara lain. selain itu pemerintah juga harus mendukung dan menggalakkan kepada masayarakatnya untuk cinta kepada kebudayaannya. dan akhirnya bila masyarakat Indonesia telah mencintai kebudayaannya maka ia akan terjaga dengan baik dan tidak akan hilang walaupun ditengah-tengah era globalisasi.
Mahasiswa sebagai aset vital bagi kemajuan bangsa merupakan sekumpulan manusia yang sedang berproses dan sedang ditempa untuk mencapai kedewasaan, jati diri dan kematangan pemikiran. Meskipun tugas utama mahasiswa adalah mengikuti kegiatan akademis dengan baik, penting juga bagi mahasiswa untuk beraktualisasi dalam suatu keorganisasian karena organisasi dapat digunakan sebagai sarana untuk berproses dan bekerja sama dengan berbagai pihak yang nantinya akan digunakan dalam hidup bermasyarakat.
Untuk mengembangkan seni musik tradisional di kalangan mahasiswa adalah dengan cara sebagai berikut:
Untuk mengembangkan seni musik tradisional di kalangan mahasiswa adalah dengan cara sebagai berikut:
a. menggalakkan kepada mahasiswa dan masyarakat untuk cinta kepada kebudayaannya yang di dalamnya termasuk seni musik tradisional.
b. membentuk ekstrakulikuler kelas seni untuk mempelajari dan mendalami seni musik tradisional.
c. Menanamkan cinta tanah air yang senang menonton, menyanyikan, bahakan memainkan seni musik tradisional sebagai kebudayaan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.
Pengaruh globalisasi bagaikan pisau bermata dua, disatu sisi globalisasi memberikan dampak yang negatif terhadap eksistensi kebudayaan lokal suatu bangsa, misalnya kebudayaan Jawa yang berkembang di Jawa Tengah. Tetapi dilain sisi kebudayaan lokal juga mendapat pengaruh positif dari proses ini.
Gencarnya arus globalisasi juga isu-isu teknologi didalamnya telah member berbagai dampak terhadap kebudayaan. Di Jawa Tengah sendiri, kebudayaan yang sudah berkembang sejak zaman nenek moyang juga ikut mengalami dampaknya. Untuk mengatasi kritis kebudayaan ini, masyarakat harus lebih selektif dalam menyaring kebudayaan luar dan ikut serta menjaga dan melestarikan kebudayaannya sendiri.
Pancasila seharusnya dijadikan perisai dan filter dalam mengadaptasi kebudayaan luar agar sesuai dengan kepribadian bangsa. Disamping sebagai perisai dan filter, Pancasila juga berfungsi dalam mengembangkan kebudayaan yang ada, maksud dari fungsi tersebut adalah kebudayaan yang dikembangkan oleh masyarakat harus sesuai dengan kepribadian bangsa tidak menyimpang dan meninggalkan ciri khas dari kebudayaan kita. Bagi para Seniman agar lebih kreatif dalam mengembangkan kebudayaan tradisional sesuai tuntutan zaman agar tetap bisa dinikmati, tetapi tidak meninggalkan adat ketimuran. Kebudayaan merupakan kekayaan bangsa kita dan harus tetap dijaga kelangsungannya sebagai warisan peradaban agar bisa tetap dinikmati oleh generasi penerus.
B. Saran-Saran
Dari pembahasan diatas dapat dilakukan berbagai upaya dalam mencegah lenyapnya kebudayaan akibat globalsasi. Adapun upaya pelestarian kebudayaan sebagai berikut :
1. Melaksanakan pendataan dan pendokumentasian kebudayaan baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
2. Bekerjasama dengan instansi terkait seperti Diknas, Badan Musyawarah Adat, melaksanakan penyuluhan, seminar dan diskusi tentang nilai-nilai tradisional.
3. Bekerjasama dengan pihak swasta melaksanakan pagelaran seni budaya daerah.
4. Melaksanakan sosialisasi tentang pelestarian kebudayaan.
5. Menghimbau masyarakat untuk tetap melestarikan adat istiadat yang relevan, bukan irasional.
6. Menanamkan sejak dini kepada generasi penerus tentang pentingnya melestarikan dan menjaga kebudayaan.
7. Memberikan penghargaan terhadap orang yang berjasa melestarikan budaya.
8. Menfasilitasi promosi kebudayaan dan kesenian.
9. Bagi mahasiswa dapat mengembangkan kesenian gamelan Jawa melalui mata kuliah Seni Musik dan kegiatan ekstra kulikuler seni.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2006
www.wikipedia.com di akses pada tanggal 14 Mei 2011 pukul 09.42
http://www.scribd.com/doc/26893358/Kumpulan-Alat-Musik-Tradisional di akses pada tanggal 14 Mei 2011 pukul 10.22
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/performance/gamelan-show/photo-gallery/3/ di akses pada tanggal 14 Mei 2011 pukul 10.28
Semoga sedikit tulisan saya ini bisa menambah pengetahuan Sahabat UPHil n RAGHiel akan Pentingnya kelestarian Budaya Bangsa. Dan semoga makalah ini bisa menjadi salah satu referensi bagi Mahasiswa dan Pelajar yang mendapat tugas tentang Perkembangan Seni Gamelan di tengah arus Globalisasi. Baca juga makalah saya mengenai Tema dalam Pembelajaran Seni Tari dan Dinamika Perkembangan Budaya Jawa. jangan lupa tinggalkan komentar sebagai jejak anda telah berkunjung di blog saya Terimakasih. Maju terus Pendidikan Indonesia..!!