Armijn Pane adalah seorang pengarang, dan juga seorang pendiri majalah
Poedjangga Baroe. Ia pun telah banyak memberikan jasa-jasanya dalam
perkembangan dunia kesusastraan Indonesia di tahun 1940-an. Dilahirkan di Muara
Sipongi Tapanuli Selatan pada 18 Agustus 1908. Bakat mengarang ini diwarisinya
dari ayahnya Sutan Pengurabaan. Dari delapan bersaudara dua orang mewarisi
bakat ayahnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane.
Pendidikan yang ia lalui dimulai dari HIS di Padang
Sidempuan, dan Tanjung Balai, kemudian pindah ke ELS di Sibolga dan
Bukittinggi, lalu masuk ke Stovia di Jakarta. Pada tahun 1927 pindah ke NIAS di
Surabaya tetapi tidak lama kemudian ia pun keluar. Karena menganggap dirinya
lebih cocok di sastra, sehingga akhirnya iapun masuk AMS Yogyakarta dan
mengambil jurusan Sastra Klasik Barat.
Karir kewartawanan diawalinya dari wartawan Soeara Oemoem di
Surabaya pada tahun 1932, kemudian di mingguan Penindjauan tahun 1934 dan surat
kabar Bintang Timoer tahun 1953. Tidak hanya dunia kewartawanan ia geluti,
tetapi ia pernah menjadi Pamong Taman Siswa di berbagai kota di Jawa Timur,
kemudian menjadi redaktur Balai Pustaka di Jakarta.
pembawaannya tenang, kalem, dan polos. Dalam mengerjakan
sesuatu sangat cermat, teliti dan semuanya ingin serba rapih. Karena sangat
hati-hati sehingga persoalan yang betapapun kecilnya, akan menimbulkan
keresahan dalam dirinya. Didalam menciptakan puisi, Armijn Pane pun
berbeda dengan teman-temannya. Ia punya pandangan dan gaya tersendiri. Dalam
puisinya mengutamakan kesegaran, kedalaman dan kebaruan didalam bahasa yang
dipergunakannya didalam bahasa yang dipergunakannya didalam puisi. Minat Armijn
Pane tidak hanya terbatas pada bidang sastra saja, tetapi perhatiannya meliputi
pula seni musik, tari, lukis, dan bidang jurnalistik serta dunia kebahasaan dan
sejarah. Diluar kegiatannya dibidang sastra, ia pernah berpolemik tentang musik
dengan G.J. Resink dan Ali Budiarjo dalam majalah Pujangga Baru tahun 1941.
Selain itu, ia juga pernah menulis buku-buku tentang bahasa Mencari Sendi Baru
Tata Bahasa Indonesiat ahun 1950, dan tentang sejarah Jalan Sejarah Dunia
ditahun 1952.
Armijn Pane terakhir muncul dimuka umum pada tanggal 15
Januari 1970, pada kesempatan memberikan ceramah tahunan di ruang Teater
Terturtup Taman Ismail Marzuki. Dalam ceramahnya tersebut, ia menuturkan
pengalaman bathinnya sebagai pengarang. Ia juga menguraikan tentang sastra
keagamaan dalam bahasa Indonesia, dan tentang esai-esainya yang dikaitkan
terhadap kehidupan sastra waktu itu dalam keadaan pada masa tersebut, dan ini
merupakan esai-esainya yang terkenal.
Armijn Pane merupakan satu sosok yang tegar walaupun ia
sering juga mengalami kegelisahan. Pendiriannya yang tegas tidak dapat
dirobohkan oleh celaan dan cemohan orang lain. Kini beliau telah tiada, ia
menutup mata untuk terakhir kalinya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada
tanggal 17 Februari 1970 dan dikebumikan di perkuburan karet Jakarta. Ia
meninggalkan anak, hanya seorang istri.
Belenggu
karyanya ini ditulis pada tahun 1940.
Jiwa Berjiwa
yang diorbitkan sebagai salah satu nomor khusus Pujangga Baru pada tahun 1939, Gamelan
Jiwa tahun 1960.
Karya-karya yang berupa drama atau
sandiwara adalah
Jinak-Jinak
Merpati tahun 1953, Lenggang Kencana tahun 1937,Lukisan Masa tahun 1937, dan Ratna
tahun 1943 yang merupakan karya saduran dari buku Nora, karya Ibsen. Kisah
Antara Manusia tahun 1952 adalah buku kumpulan cerita pendeknya. Kemudian buku
pelajaran, Tujuan Hidup (BPII) Sebuah Buku Tinjauan Tentang Sastra Indonesia
Modern yang ditulis dalam bahasa Belanda dengan judul Kort Overzicht Van de
Modern Indonesiche Literatuur tahun 1949, Membangun Hari Kedua tahun 1956 yang
merupakan karya terjemahan dari roman karya Ilya Ehrenburg. Sajak-sajak Muda
Mr. Mohammad Yamin tahun 1954, Jalan Sejarah Dunia tahun 1953, Habis Gelap
Terbitlah Terang tahun 1953 yang merupakan terjemahan dari surat-suratnya R.A.
Kartini yang dibukukan oleh Mr. Abendanon dalam bukunya Van Duisternis to Licht,
dan Mencari Sendi-Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia tahun 1950 ini adalah buku
pelajaran mengenai bahasa Indonesia.