Judul:
Layar Terkembang
Karya:
STA (Sutan
Takdir Alisjahbana)
Ringkasan
Diawali
dengan pertemuan tiga tokoh utama yaitu Yusuf, Maria, dan Tuti (kakak Maria).
Yusuf seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir. Maria seorang mahasiswi
periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan dengan penuh
kebahagian. Tuti adalah guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya
saja, aktif dalam perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita. Kemajuan
wanita disini berarti jangan menggantungkan hidup pada lelaki dan hanya sebagai
alat.
Dengan
seiring perjalanan waktu, keakraban dan benih cintapun
muncul antara Yusuf dan Maria. Bahkan, Yusuf rela mempersingkat liburan bersama
keluarga demi bertemu dengan Maria yang sedang berlibur ke Bandung.
Di tempat yang sama, Yusuf menyatakan perasaannya untuk pertama kalinya kepada
Maria. Maria gembira sekali dan mengabarkan kejadian ini kepada Tuti. Melihat Maria yang mabuk cinta membuat Tuti
tidak setuju akan hubungan tersebut karena hal tersebut mengakibatkan laki-laki
akan memandang rendah kaum wanita karena terlalu memperlihatkan
ketergantungannya. Menyaksikan hubungan mesra kedua insan
tersebut, perasaan aneh timbul dalam hati Tuti yaitu perasaan kesepian.
Cerita
berlanjut dengan kunjungan Tuti, Maria dan ayahnya kepada paman dan bibinya
untuk merayakan kelulusan Maria. Kemudian ada sebuah sandiwara Sandyakala
ning Majapahit yang dipertunjukan oleh kelompok Pemuda Baru, Yusuf dan
Maria mengambil bagian didalamnya. Tuti yang menyaksikan sandiwara terkesan
akan pertunjukannya, akan tetapi tidak menyukai isi sandiwara. Hal ini dikarena
falsafah yang didalamnya dianggap dapat melemahkan semangat perjuangan.
Kisah
terus berlangsung dan tanpa disadari, hubungan Yusuf dan Maria mempengaruhi
sikap Tuti seperti sering memikirkan diri sendiri dan melamun. Hal lain yang
muncul adalah perasaan iri akan kebahagianan mereka. Suatu saat ada lelaki yang
hendak melamar Tuti, akan tetapi ia menolaknya karena menurutnya lelaki
tersebut tidak sepadan dan ia juga tidak mencintainya. Sesuai dengan sifatnya
juga, Tuti tidak ingin menjadikan perkawinan sebagai tempat pelarian dari rasa
kesepian atau rasa ketakutan karena dikejar usia.
Maria
jatuh sakit dan harus opname di rumah sakit. Ayah Maria, Tuti dan Yusuf
bergantian menjenguknya yang mana Yusuf dan Tuti tiap hari pergi bersama
menjenguknya. Dalam hati
Yusuf dan Tuti tanpa disadari timbul rasa saling pengertian masing-masing. Tuti
menganggap Yusuf sebagai laki-laki yang sepadan, memiliki perasaan yang lapang
dan pemikiran yang menghargai keindahan dan kebenaran. Yusuf memandang Tuti
sebagai manusia
yang memiliki jiwa perjuangan yang ceria dan tulus.
Penyakit
Maria tidak
dapat ditolong. Tuti dan Yusuf berkunjung terakhir kalinya untuk menjenguk Tuti
sebelum kembali ke Jakarta. Maria
berpesan kepada Tuti dan Yusuf bahwa ia ingin Yusuf
hidup rukun
bersama dan
menikah. Maria meninggal. Akhir cerita Yusuf dan Tuti berziarah ke
kubur Maria menjelang pernikahannya yang mana perasan haru dan sedih menyatu
dalam hati mereka.