Berita Terbaru :
Tuesday, January 8, 2013

Model Pembelajaran GI dalam Pembelajaran IPA

 

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP INVESTIGATION DALAM PEMBELAJARAN IPA

clip_image002[1]

Oleh :

INGGRIANI ANDEWI PRAYOGI

NPM : 09141108

VII C

PROGRAM STUDI PENDIIDKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI MADIUN

2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana untuk merubah sumber daya manusia yang lemah menjadi semakin maju. Pendidikan juga berperan dalam merubah nasib bangsa seiring perkembangan zaman. Dengan adanya pendidikan yang semakin maju diharapkan mampu bersaing untuk menghadapi tantangan zaman.

Dalam UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional memiliki tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berimn dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Untuk mewujudkan pendidikan yang baik dan maju, pemerintah berupaya semaksimal mungkin dengan perubahan-perubahan kurikulum yang ada di Indonesia. Saat ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP memberikan keleluasaan bagi masing-masing satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang terdapat di lingkungan atau potensi daerah masing-masing sekolah. Tentunya keleluasaan tersebut dapat diterapkan oleh guru ketika proses belajar mengajar di kelas.

Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam pendekatan, metode dan model pembelajaran yang interaktif dan melibatkan keaktifan siswa atau student centered. Dengan adanya berbagai macam pendekatan, model dan metode pembelajaran hendaknya sebagai seorang guru harus kreatif dalam menyusun rencana pembelajaran dan pelaksanaanya dalam pembelajaran.

Tugas guru tidak hanya menyampaikan materi yang kemudian diterima siswa begitu saja. Untuk menciptakan suatu proses belajar yang bermakna kepada siswa, sebaiknya guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang dapat memotivasi siswa, menarik perhatian siswa dan menyenangkan siswa. Sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan semangat tanpa merasa takut dan bosan. Dengan demikian akan memberikan dampak positif terhadap proses belajar siswa.

Namun pada kenyataannya perubahan kurikulum serta berkembangnya berbagai macam pendekatan, model dan metode pembelajaran tersebut tidak serta merta mengubah pola pembelajaran yang telah berlangsung bertahun-tahun. Faktanya metode pembelaran konvensional atau berpusat pada guru masih sering digunakan guru untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa.

Pembelajaran konvensional yang umum dilakukan yaitu mengajar dalam bentuk ceramah atau metode mengajar secra informatif. Guru lebih aktif berbicara atau ceramah untuk menginformasikan materi dan konsep pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa hanya pasif mendengarkan. Padahal karakteristik siswa yang berbeda akan sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dimana tidak semua siswa senang mendengarkan cerita dari guru. Penggunaan metode konvensional sering membuat kejenuhan pada siswa sehingga mengakibatka siswa menjadi tidak semangat belajar dan minat belajar siswa menjadi rendah.

Hal tersebut masih terjadi dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di SDN Suguhwaras 01 Saradan. Dalam proses belajar mengajar masih banyak ditemukan penggunaan metode yang konvensional. Termasuk dalam proses belajar mengajar IPA. Ini tentunya berdampak pula terhadap siswa. Siswa sering merasa bosan selama proses belajar mengajar berlangsung. Tentunya akan berimbas pada pengalaman belajar dan prestasi siswa. padahal keterlibatan siswa secara akif dalam pembelaaran Ilmu Pengetahauan Alam sangat diperlukan sehingga apa yang dipelajari akan lebih tertanam dalam pikiran siswa ketika siswa mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan caranya sendiri. Padahal keterlibatan siswa secara akif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sangat diperlukan sehingga apa yang dipelajari akan lebih tertanam dalam pikiran siswa ketika siswa mampu menyelesaikan suatu permasalahan dengan caranya sendiri.

Kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran termasuk pada mata pelajaran IPA harus diperbaiki. Perlu dilakukan inovasi dalam penggunaan metode-metode dan model-model pembelajaran. Salah satunya menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning type Group Investigation. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuannya, menelusuri dan menginvestigasi masalah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran IPA. Model pembelajaran Group Investigation memungkinkan siswa untuk menyelidiki masalah yang disediakan dan dapat menemukan suatu konsep sehingga pembelajaran IPA yang dipelajari siswa dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh penggunaan model pembelajaran yang inovatif terhadap prestasi belajar siswa dengan judul “Model Pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation Dalam Pembelajaran IPA”.

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasar pada batasan masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1.     Apakah pengertian model pembelajaran itu?

2.     Apakah pengeertian model pembelajaran kooperatif?

3.    Apakah model pembelajaran kooperatif itu?

4.    Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran kooperatif itu?

5.    Apakah model pembelajaran kooperatif type investigasi kelompok itu?

6.    Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif type investigasi kelompok?

7.    Apakah hakikat IPA?

8.    Apakah hakikat pembelajaran IPA?

9.    Bagaimana pembelajaran IPA dengan investigasi kelompok itu?


C.    Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1.      Pengertian model pembelajaran.

2.      Pengeertian model pembelajaran kooperatif.

3.      Model pembelajaran kooperatif.

4.      Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif.

5.      Model pembelajaran kooperatif type investigasi kelompok.

6.      Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif type investigasi kelompok.

7.      Hakikat IPA.

8.      Hakikat pembelajaran IPA.

9.      Pembelajaran IPA dengan investigasi kelompok.

 

D.    Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalh ini adalah:

a.      Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan bentuk pembelajaran yang sesuai dengan materi serta dapat melaksanakan pembelajaran dengan lebih efektif dan efisien.

b.      Bagi kepala sekolah

Dapat dijadikan acuan bagi kepala sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran, terutama tentang penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru yang dapat menarik perhatian siswa.

 


BAB II

PEMBAHASAN

A.      Model pembelajaran

Secara khusus istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan.  Atas dasar tersebut, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Trianto (2010:51) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran secara mendasar bukan semata-mata menyangkut kegiatan belajar guru tetapi justru lebih menitikberatkan kepada aktivitas murid. Sehingga hakekat model pembelajaran adalah membantu para pelajar memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Model-model belajar pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal yang datang dari dalam diri manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahan serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya.

Kelompok model personal memusatkan perhatian pada pandangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggungjawab atas tujuannya.

Kelompok model sosial dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, dimana kerjasama merupakan salah satu fenomena kehidupan masyarakat yang dapat membangkitkan dan menghimpun  tenaga manusia secara kelompok yang dapat membantu berbagai proses belajar.

Model sistem perilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku yang terobservasi, metode, dan tugas yang diberikan dalam rangka mengkomunikasikan keberhasilan. Berdasarkan pengelompokannya model investigasi kelompok termasuk kelompok model sosial.

 

B.       Model pembelajaran cooperative

1.                  Pengertian

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran, Vigotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam diskusi atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu.

Menurut Rusman (2010:202) pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana pebelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran yang diberikan.

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelompoknya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang memungkinkan kerja sama dalam menuntaskan permasalahan.

Sehubungan denga pengertian tersebut, Slavin (1984) menyatakan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana pebelajar belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 (empat) sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.

Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

 

2.                  Ciri pembelajaran cooperative

Menurut Lundgren (1994), Arends (1997), dan Ibrahim, dkk. unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

·       Pebelajar dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan”,

·       Pebelajar memiliki tanggung jawab terhadap pebelajar lainnya dalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi,

·       Pebelajar haruslah berpandangan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama,

·       Pebelajar haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya,

·       Pebelajar akan diberikan evaluasi atau penghargaan. Yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok,

·       Pebelajar berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya,

·       Pebelajar akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri atau karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

·       kelompok dibentuk dari pebelajar yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

·       jika memungkinkan, setiap anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

·       pembelajar belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi.

·       penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.

 

C.  Tujuan Pembelajaran Cooperative

Menurut Slavin (1994) dalam Suradi dan Djadir (3;2004), tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum sebagai berikut

a.             Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial. Namun demikian menurut Ibrahim dkk (2000) dalam Suradi dan Djadir (3;2004), bahwa pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja pebelajar dalam tugas – tugas akademik. Para ahli mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu pebelajar memiliki  konsep-konsep yang sulit.

Struktur penghargaan pada pembelajaran kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian pebelajar pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada pebelajar kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama menyelesaikan tugas – tugas akademik.

 

b.             Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan. Allport (Ibrahim, 2000) mengemukakan bahwa kontak fisik di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide.

Pembelajaran kooperatif memungkinkan pebelajar yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan yang lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu dengan yang lain.

 

c.              Pengembangan keterampilan sosial

Keterampilan sosial amat penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di dalam masyarakat yang secara budaya beragam. Atas dasar itu, Ibrahim (2000) mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari pembalajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada pebelajar keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

 


d.              Lingkungan Belajar dan Sistern Pengelolaan

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif pebelajar dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.

Guru menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun pebelajar diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Jika pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi pembelajaran yang lengkap harus tersedia di berbagai sumber belajar.

Keberhasilan Juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional yaitu secara ketat mengelola tingkah laku pebelajar dalam kerja kelompok. Selain unggul dalam membantu pebelajar dalam memilih konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu pebelajar menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman.

 

D.  Langkah-langkah pembelajaran cooperative

Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya 6 (enam) fase atau langkah utama dalam pembelajarannya. Pelajaran diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran disertai dengan memberikan motivasi kepada pebelajar atau siswa. Pada fase ini diikuti dengan penyampaian informasi, biasanya dalam bentuk bahan bacaan, selanjutnya pebelajar dikelompokkan ke dalam tim belajar.

Pada tahap ini diikuti bimbingan pembelajar pada saat pebelajar bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Selanjutnya fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentase hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang materi yang telah dipelajari dan pembelajar memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Kegiatan pembelajar terdapat enam fase sebagai berikut:

·                          Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi pebelajar

Kegiatan guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi pebelajar atau siswa.

·                          Fase 2 Menyajikan informasi

Kegiatan guru menyajikan informasi kepada pebelajar baik dengan peragaan atau teks.

·                          Fase 3 Mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar

Kegiatan guru menjelaskan kepada pebelajar bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.

·                          Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajar

Kegiatan guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

·                          Fase 5 Mengetes materi

Kegiatan guru memberi tes materi pelajaran, atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka.

·                          Fase 6 Memberikan penghargaan

Kegiatan guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik penghargaan atas tingginya upaya kerjasama dalam proses belajar kelompok, maupun hasil belajar individu dan kelompok.

 

E.  Kelebihan dan kekurangan pembelajaran cooperative

a.    Kelebihan pembelajaran cooperative

Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok. Karli dan Yuliariatiningsih mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu:

·      Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.

·      Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.

·      Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.

·      Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.

·      Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.

·      Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.

 

b.   Kelemahan pembelajaran cooperative

Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:

·      Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi  tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.

·      Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok. Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit  mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.

·      Bisa terjadi kesalahan kelompok. Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.

Model pembelajaran kooperatif di samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan apabila para anggota kelompok  tidak  menyadari makna kerjasama dalam kelompok.

Menurut Thabran menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”.

Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.

 

F.   Model Pembelajaran Cooperative Type Group Investigation

Group investigation memiliki akar filosofis etis dan psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Yang paling terkenal dari orientasi pendidikan ini adalah  John Dewey. Pandangan Dewey terhadap kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan dalam masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreativitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman kapasitas, dan kebutuhan masing-masing.

Pihak yang belajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sarana sosial dalam proses ini. Rencana kelompok adalah suatu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa.

Investigasi kelompok merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dengan metode spesialisasi tugas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan.  Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.

Di dalam model pembelajaran investigasi kelompok terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian atau “inquiry”, pengetahuan atau “knowledge”, dan dinamika belajar kelompok atau “the dynamics of the learning group”.

Yang dimaksud dengan penelitian ialah proses dimana pebelajar dirangsang dengan cara menghadapkan pada masalah. Di dalam proses ini pebelajar memasuki situasi dimana mereka memberikan respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dipecahkan. Masalah itu sendiri dapat timbul dari pebelajar atau diberikan oleh pengajar.

Yang dimaksud dengan pengetahuan ialah pengalaman yang tidak dibawa lahir tapi diperoleh oleh individu  melalui dan dari pengalamannya baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan pada suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama. Dalam interaksi ini melibatkan proses berbagi ide dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

Keberhasilan implementasi model investigasi kelompok, sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Fase ini sering disebut sebagai meletakkan landasan kerja dan pembentukan tim. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai didalam kelas.

Aspek penting dalam model investigasi kelompok  adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama-sama mereka menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka untuk “menyelesaikan masalah yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan apa; dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai kehadapan kelas. Biasanya ada pembagian tugas dalam kelompok yang mendorong tumbuhnya interdependensi yang bersifat posotif diantara anggota kelompok.

Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek investigasi berskala penuh. Para guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil, untuk memunculkan gagasan-gagasan untuk menerapkan tiap aspek kegiatan kelas. Para siswa dapat membantu rencana kegiatan-kegiatan jangka pendek yang hanya akan dilakukan untuk satu periode, dan bisa juga untuk kegiatan jangka panjang.

Peran guru dalam investigasi kelompok sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling diantara kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Yang pertama dan terpenting adalah guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan social yang diharapkan dari para siswa. Sintaks model Pembelajaran Investigasi Kelompok menurut Dr. Elfis, M.Si. seperti berikut :

1.        Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen

2.        Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

3.        Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain

4.        Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan

5.        Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok

6.        Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan

7.        Evaluasi

8.        Penutup

Menurut (Slavin;2008) dalam group investigasi para murid bekerja melalui 6 tahap. Guru tentunya perlu mengadaptasikan pedoman-pedoman ini dengan latar belakang, umur, dan kemampuan para murid. Sama halnya seperti penekanan waktu.

a.    Tahap 1

Mengidetifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok

·      Para siswa meneliti beberapa sumber, menghasilkan sejumlah topik, dan mengategorikan saran-saran

·      Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka pilih

·      Komposisi kelompok didasrkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen

·      Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan

 

b.    Tahap 2

Merencanakan tugas yang akan dipelajari

·      Para siswa merencanakan bersama mengenai:

Apa yang kita pelajari?

Bagaimana kita mempelajarinya? Siapa yang melakukan? Apa yang dilakukan? (pembagian tugas)

Untuk tujuan atau kepentingan apa kita melakukan investigasi topik ini?

 

c.    Tahap 3

Melaksanakan investigasi

·      Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan

·      Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya

·      Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan

 

d.   Tahap 4

Menyiapkan laporan akhir

·      Anggota kelompok menentukan pesan-pesan essensial dari proyek mereka

·      Anggota kelompok merencanakan apa yang akan merka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka

·      Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengfkoordinasikan rencana-rencana presentasi

 

e.    Tahap 5

Mempresentasikan laporan akhir

·      Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk

·      Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif

·      Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh anggota seluruh kelas

 

f.     Tahap 6

Evaluasi

·      Para siswa saling memberikan umpan baliik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman mereka

·      Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa

·      Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi

 

G. Hakikat IPA

IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.

Sebagai ilmu pengetahuan, IPA juga mempunyai ciri khusus sebagaimanan ilmu pengetahuan yang lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.

1.        IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

2.        IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes)

 

H.  Hakikat Pembelajaran IPA

Belajar dan pembelajaran menurut paradigma behavioristik adalah merupakan perubahan tingkah laku yang sifatnya permanen. Pembelajaran behavioristik ditekankan pada penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar (biasanya berupa pemberian penguatan), adanya stimuli, respons siswa merupakan bentuk hasil belajar, materi ajar disusun secara hirarkis. Dari uraian tersebut dapat dikatakan belajar melibatkan terbentuknya hubungan-hubungan tertentu antara satu seri stimulus (serangkaian stimulus) dengan respon-respon.

Para penganut teori perilaku (behaviourist) berpendapat, bahwa sudah cukup bagi siswa untuk megasosiasikan stimulus-stimulus dan respon-respon, dan diberi penguatan bila mereka memberikan respon yang benar. Para penganut teori ini tidak mempersoalkan apa yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat. Salah satu bentuk realisasi pembelajaran behavioristik adalah seperti yang dikemukakan oleh Gagne yang dikenal dengan sebutan teori Hierarki Belajar Gagne. Prosedur yang ditempuh adalah yang dimulai dari (a) menetapkan secara verbal deskripsi operasional sejumlah variabel kemampuan yang diharapkan (sekarang disebut tujuan pembelajaran/sasaran belajar), (b) membuat hipotesis hubungan hirarki antar variabel, (c) menetapkan model hirarki belajar untuk mewujudkan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan, serta (d) menetapkan sejumlah tata cara untuk memvalidasi hirarki.

Belajar menurut paradigma kontruktivistik adalah merupakan proses membangun pengetahuan yang bermakna melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru. Empat (4) ciri utama belajar dan pembelajaran konstruktiivistik adalah: (a) pengetahuan awal siswa menjadi bagian penting dalam pembelajaran; (b) siswa aktif belajar dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang sedang dipelajari; (c) siswa membangun pengetahuan sendiri sehingga pengetahuan tersebut bermakna bagi dirinya; dan (d) selalu beriteraksi multi arah (guru-siswa, siswa-siswa)

Dampak pengertian belajar dan pembelajaran konstruktivistik terhadap pembelajaran IPA SD/MI adalah seperti bagan alur pembelajaran berikut ini. Menggali pengetahuan awal siswa yang terkait dengan materi baru yang akan dipelajari, melakukan investigasi/penyelidikan, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengumpulkan bukti-bukti/fakta-fakta sebagai bahan untuk mengkonstruksi pengetahuannya atas bantuan guru (atau melalui kerja sama dengan teman).

 

I.     Pembelajaran IPA Dengan Group Investigation

Dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajarann Group Investigation guru memilih materi yang sesuai untuk diajarkann dengan model pembelajaran tersebut. Misalnnya pada materi IPA kelas IV mengenai perubahan sifat benda. Alasannya : dengan materi ini kelompok dapat melakukan percobaan perubahan sifat benda dengann faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sumber atau bahan bisa berupa benda asli, seperti buah pisang, paku, karet gelang dan lain-lain sesuai dengan percobaan yang dilakukan. Hal ini kemudian didiskusikan dengan anggota kelompok tentang hasil percobaan tersebut.

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam proses belajar mengajar, tentunya guru menggunakan berbagai macam model pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran berlangsung dengan baik sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Penggunaan model pembelajaran dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Investigasi kelompok merupakan bentuk model pembelajaran kooperatif dengan metode spesialisasi tugas. Komunikasi dan interaksi kooperatif diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan.  Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subyek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.

 

B.     Saran

Proses belajar mengajar yang berlangsung secara konvensional tentunya akan membuat motivasi siswa dalam belajar tidak terlalu baik. Rasa bosan pada diri siswa akan dengan mudah muncul jika tidak mampu kreatif dalam menggunakan bermacam-macam model pembelajaran dalam kegiatan pembelajarannya.

Model pembelajaran cooperative adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang dalam pembelajarannya menuntut keaktifan siswa. Ada beberapa macam tipe dalam model pembelajaran cooperative. Group investigation adalah salah satu type dari pembelajaran cooperative. sehingga guru dapat mengoptimalkan pembelajaran pada siswa.


DAFTAR PUSTAKA

E Slavin.Robert.2008.COOPERATIVE LEARNING Teori, Riset, Dan Praktik.Bandung:Nusa media

Rusman.2010.Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru.Jakarta:Rajawali Pers

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Trianto, M.Pd.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif.Jakarta : Kencana Prenada Media Group

 

 

Comments
0 Comments

Post a Comment