Karya: H.S.D Munthu
Ringkasan
Nuripah yang baru menginjak tingkat dua di A.M.S Jakarta itu, tiba-tiba dipanggil pulang oleh kedua orang tuanya di kampung. Karena mereka hendak menikahkan Nuripah dengan seorang kepala suku, yaitu Arung Mallawa. Walaupun, dalam hatinya menolak dan lagi pula di sudah mempunyai pacar di Jakarta, yaitu Yunus. Namun karena hormat dengan orang tuanya dia terpaksa pulang dan kemudian terpaksa menikah dengan Arung Mallawa. Sebaliknya Yunus pun rupanya telah dijodohkan oleh orangtuanya. Yunus hendak dijodohkan dengan gadis Minangkabau.
Di Minahasa Nuripah karena tidak bahagia menikah dengan Arung. Rupanya dia bergaul erat dengan Mondouw. Dia adalah seorang pemuda modern yang bersekolah di sekolah pertanian Bogor. Nuripah ternyata jatuh hati dengan Mondouw. Begitu pun sebaliknya, Mondouw pun juga mencintai Nuripah. Malah Mondouw berjanji akan melarikan Nuripah dari cengkraman Arung ke Manado dan disana mereka akan menikah. Untuk kelancaran mereka, Mondouw memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu ke Menado. Sedangkan Nuripah untuk sementara waktu menunggu dulu di Makassar. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Nuripah menerima kabar juga dari Mondouw yang telah dinanti nantinya itu. Namun sayangnya berita yang didapatnya ternyata bukan kabar bahagia melainkan kabar pahit. Mondouw meminta maaf sebab dia telah dipaksakan kawin oleh kedua orang tuanya dengangadis pilihan orang tuanya di Menado. Hati Nuripah begitu hancur lebur dan tak menentu.
Hidup Nuripah di Makassar terlunta-lunta. Dia tidak punya pegangan lagi, suami dan anaknya telah ia tinggalkan karena saran Mondouw beberapa waktu lalu.Sudah beberapa bulan rumah kontrakannya tidak ia bayar. Bakareng si tuan rumah yang kaya itu sudah hendak mengusir nya. Namun entah kenapa, Bakareng membatalkannya. Sebab setelah berpapasan muka dengan Nuripah. Bakareng kaya yang sudah tua itu malah jatuh cinta dengan Nuripah. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Nuripah. Nuripah yang terlantung-lantung dan putus asa itu, betul-betul memanfaatkan Bakareng. Dengan segala bujukan dan rayuan, Nuripah akhirnya dapat memanfaatkan uang Bakareng untuk pergi ke Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, Nuripah hidup dari hotel ke hotel sebagai wanita panggilan. Uang Bakareng tua itu sudah ludes diperas oleh Nuripah. Namun rupanya, sebagai seorang perempuan yang tadinya merupakan keturunan baik-baik, Nuripah sebenarnya pernah juga berusaha untuk menghentikan tingkah lakunya yang jelek itu. Dia hendak kembali ke jalan yang lurus, serta menjadi ibu yang baik.
Dia begitu rindu kepada Bakhtiar anaknya itu. Walaupun dia telah berusaha, namun karena nasibnya harus begitu sampai dengan akhir hayatnya. Nuripah terus saja di jalan yang tidak benar. Dia menjadi perempuan panggilan. Dia sangat frustasi sebab walaupun sampai pernah memelas dan hendak mencium kaki bekas suaminya sewaktu di Surabaya. Agar dia masih bisa diterima kembali sebagai istrinya ataupun hanya sebagai inang pengasuh bagi anaknya. Namun betapa hancur Nuripah, sebab jangankan sampai bisa kembali lagi sebagai seorang istri maupun sebagai inang bagi anak kandungnya sendiri. Segala kesalahannya dulu tidak dimaafkan oleh suaminya. Sungguh kasihan dan perihnya hidup Nuripah.
Terimakasih telah berkunjung di UPHil n RAGHiel. baca juga simopsis Kubah Karya "Ahmad Tohari" dan Belenggu karya Armijn Pane jangan lupa tinggalkan komentar untuk jejak anda telah berkunjung di blog saya. Maju terus Pendidikan Indonesia..!!